Follow : Like : RSS : Mobile :

LSI, Hiruk-Pikuk Pasca Pilpres, Prabowo-Hatta Makin Terbenam

Foto | Istimewa | Detakjakarta.com

Jakarta-- Lembaga Survei Indonesia (LSI) melansir, hiruk pikuk pasca penetapan pemenang Pilpres oleh KPU, membuat respon publik terhadap dua pasangan Capres-Cawapres mengalami perubahan.

"Publik cenderung merespon negatif kepada Capres/ Cawapres Prabowo-Hatta, dan sebaliknya, dukungan kepada Jokowi-JK cenderung meningkat", kata Peneliti LSI Ade Mulyana saat memaparkan temuan Hasil Survei LSI Network tentang "Head to Head Dukungan Prabowo-Jokowi Pasca Keputusan Resmi KPU", di kantor pusat LSI, Jakarta, Kamis (07/08).

Karena itu, lanjut Ade, bila Pilpres diulang dan dilakukan saat ini, maka pasangan Jokowi-JK dipresdiksi akan meraih dukungan hingga 57,06%, sementara Prabowo-Hatta diprediksi hanya meraih 30,39%. Sedangkan massa mengambang diperkirakan mencapai 12,55%.

"Massa yang 12,55% ini cenderung memilih Jokowi-JK dibanding Prabowo-Hatta. Namun bila mereka dibagi secara proporsional, maka perolehan dukungan Jokowi-JK sebesar 65,25%, dan dukungan terhadap Prabowo-Hatta sebesar 34,75%", ungkap Adi.

Menurut Adi, dalam survei yang dialkukan terhadap 1200 responden dengan metode quickpoll, dan penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling dengan margin error 2,9% ini, Jokowi-JK unggul hampir disemua segmen.

"Bahkan bila sebelum 9 Juli lalu Prabowo-Hatta unggul pada segmen pemilih muslim dan pemilih yang berpendidikan tinggi di perkotaan, maka pasca Pilpres dan penetapan KPU, segmen tersebut beralih pada Jokowi-JK. Dulu Prabowo-Hatta raih 52,01%, sekarang hanya 34,20%. Sedangkan dukunga kepada Jokowi-JK dulu hanya 47,99%, kini menjadi 52,17%", papar Adi.

Dukungan kepada Prabowo-Hatta, lanjut Adi, karena rata-rata pemilihnya adalah pemilih ragu-ragu. Namun umumnya mereka orang berpendidikan baik, yang percaya dengan hasil KPU dan menghormati hasil pilihan rakyat pada 9 Julu lalu.

"67,49% publik percaya dengan hasil resmi KPU. Hanya 18,52% yang menyatakan tidak percaya dengan hasil KPU bahwa Jokowi-JK adalah pemenang pilpres", jelasnya.

Selain itu, lanjut Ade, turunnya pamor Prabowo juga diakibatkan oleh persepsi negatif publik terhadap reaksi dan sikap pasangan Prabowo-Hatta yang kurang "legowo" dan tidak simpatik dalam merespon hasil resmi KPU.

"Sikap tersebut terlihat dengan mengklaim kemenangan berdasar hasil quick count lembaga survei abal-abal, serta menarik diri dari proses rekapitulasi resmi KPU. Sikap mendelegitimasi KPU dan putusannya direspon negatif oleh publik. Padahal jauh sebelum penetapan KPU, Prabowo sudah sesumbar akan menerima apapun hasil yang diputuskan KPU. Dilain pihak sikap Jokowi-JK terlihat lebih santun dan elegan", pungkas Adi. (BUD/PUR)