Follow : Like : RSS : Mobile :

LKP, "Elektabilitas ARB Stagnan, Golkar Cari Capres Alternatif ?"

Foto | Istimewa | Detakjakarta.com

Raja.com-- Lembaga Klimatologi Poitik (LKP) menilai Elektabilitas Capres Golkar, Abu Rizal Bakri (ARB), sejak ditetapkan menjadi Capres Golkar, cenderung stagnan di angka 9%.

"Berdasar Survei LKP pada 1-10 November terhadap 1070 responden di 34 Provinsi, elektabilitas ARB masih terpaku di angka 9,2%, bahkan cenderung menurun", kata Ceo LKP, Usman Rachman saat pemaparan Hasil Survei Nasional November 2013 tentang "Dinamika Elektabilitas Capres Partai Golkar Menjelang Pemilu 2014", di Century Park Hotel, Jakarta, Minggu (17/11).

Usman menuturkan, fenomena mandeknya elektabilitas ARB tersebut cukup ganjil, mengingat elektabilitas Golkar masih moncer di papan atas.

"Golkar terus berada di posisi pertama atau kedua, pada kisaran 20%, namun ternyata tidak mendongkrak elektabilitas ARB", ujarnya.

Menurut Usman, bila pencapresan ARB dilanjutkan, Golkar diprediksi akan mengalami nasib seperti Pemilu tahun 2004. "Waktu itu Golkar keluar sebagai pemenang Pemilu Legislatif, tapi capres yang diusungnya gagal menangi Pemilu 2004", jelasnya.

Melihat fenomena ini, lanjut Uaman, maka wajar bila kader Golkar mempunyyai wacana untuk mengevaluasi pencapresan ARB. "Tokoh senior Golkar seperti Jusuf Kalla dan Akbar Tanjung mulai kembali diusung, Bahkan kalangan pembaharu berani mengusung capres muda dari internal", ungkapnya.

Dalam paparan hasil survei LKP dikatakan, popularitas Jusuf Kalla di kalangan umum bahkan di atas ARB. Jusuf Kalla berada pada 95%, ARB 91%, sedangkan Akbar 86%.

"Namun di kalangan internal Golkar, popularitas ARB masih tetap tertinggi, yakni 19,6%, JK 15,2% dan Priyo BS 13,9%", paparnya.

Mengapa elektabilitas ARB tidak naik, menurut Usman, publik ternyata lebih mengenal ARB sebagai pengusaha (36,5%), sebagai presiden 34,9%, sebagai Ketua Umum Golkar (19,9%).

"Artinya nama ARB kurang melekat sebagai Ketua Umum Golkar, sehingga banyak simpatisan Golkar sendiri yang tidak memilih ARB sebagai capres. Karenanya, dimengerti bila kenaikan elektabilitas Golkar tidak mendongkrak elektabilitas ARB", jelas Usman.

Untuk itu, lanjut, Usman, bila Golkar tetap berkeras mengusung ARB, maka sebaiknya ARB dan Golkar harus lebih konsolidasi internal. "Bila tidak, maka harus ada capres alternatif, karena Golkar. Tidak kekurangan kader", imbuhnya. (BUD/PUR)