Follow : Like : RSS : Mobile :

Teguh Santosa: Sejarah Perlihatkan Fasisme akan Tumbang

Foto | Istimewa | Detakjakarta.com

Detak-- Esensi pemerintahan adalah melayani dan melindungi rakyat. Pemerintahan yang enggan melayani dan melindungi, bahkan sebaliknya kerap menekan dan menindas, pada saatnya akan tumbang dilawan rakyat.

Memang dengan kekuasaan yang dimilikinya, untuk masa waktu tertentu pemerintahan yang tidak pro rakyat dapat menutupi watak aslinya, membangun citra bahwa ia adalah pemerintahan yang populer.

Tapi politik pencitraan tidak akan bertahan lama. Cepat atau lambat topeng rezim anti rakyat akan terbuka, dan mata rakyat pada akhirnya akan terbuka.

Demikian antara lain disampaikan Pemimpin Umum Kantor Berita Politik Rakyat Merdeka Online (RMOL) Teguh Santosa ketika berbicara di depan mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Padjadjaran di Jatinangor, Jawa Barat, Rabu siang (4/5).

"Kita menyaksikan dalam sejarah bagaimana pemerintahan yang tidak berpihak pada rakyat dan hanya melayani nafsunya sendiri pada akhirnya tumbang. Ini hukum besi", kata alumni Ilmu Pemerintahan Unpad itu.

Teguh juga mengatakan, sejarah memperlihatkan bahwa politik pencitraan adalah metode yang selalu digunakan oleh rezim fasis dan otoriter.

"Mereka bisa bertahan karena menguasai informasi dan ruang publik. Kalau dulu dengan menguasai media massa, sekarang mungkin dengan menguasai sosial media yang sedang naik daun", ujarnya.

Pengalaman Alumni IP

Teguh diundang Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan (Hima IP) Unpad untuk memberikan kuliah umum mengenai peluang kerja bagi lulusan Jurusan Ilmu Pemerintahan. Sebelum memulai karier sebagai wartawan profesional, Teguh menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Pemerintahan Unpad selama enam tahun dari tahun 1994 hingga 2000.

Menurutnya, alumni Jurusan Ilmu Pemerintahan dibekali pisau analisa yang dapat digunakan untuk membedah sistem politik dan pemerintahan pada semua level, baik lokal maupun nasional. Metodelogi llmu Pemerintahan juga dapat digunakan untuk memahami watak negara-negara dalam percaturan politik global.

"Ilmu Pemerintahan yang saya pelajari bermanfaat dalam karier saya sebagai wartawan profesional, sehingga dalam waktu singkat saya dipercaya meliput konflik di berbagai kawasan", kata Teguh yang kini menjabat sebagai Ketua bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat.

Teguh dalam kesempatan itu menceritakan pengalamannya meliput konflik di Asia Tengah, Timur Tengah, dan Asia Timur.

Alumni University of Hawaii at Manoa (UHM) itu juga menceritakan bagaimana dia mempelajari konflik di Sahara Barat yang membuat dirinya dua kali diundang bicara sebagai petisioner di Komisi IV PBB di New York.

Selain itu, dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan London School of Public Relations (LSPR) Jakarta itu kini tengah mengikuti proses penjaringan calon gubernur DKI Jakarta.

Usai kuliah umum, Presiden Hima IP Unpad Danu Yanuar Saputra mengatakan penjelasan Teguh bermanfaat dan menambah semangat mahasiswa Ilmu Pemerintahan Unpad.

"Penjelasan Kang Teguh menambah semangat kami. Kami beruntung karena dia bersedia membagi pengalamannya yang luar biasa", kata Danu.

"Kami senang melihat banyak alumni yang punya kiprah bagus seperti Kang Teguh. Semoga ini menginsprasi kami semua", tambah mahasiswa angkatan 2013 ini. (San)