Follow : Like : RSS : Mobile :

BI Bantah Isu Gambar Palu Arit pada Uang Cetakan Baru

Foto | Istimewa | Detakjakarta.com

detak- Bank Indonesia (BI) membantah dan meluruskan beberapa isu terkait uang cetakan baru (uang emisi 2016). Dalam isu di medsos dikatakan, uang cetakan baru tersebut dicetak di luar negeri (China), dan dalam uang baru tersebut tertera gambar palu arit lambang PKI.

Kepala BI kantor perwakilan DIY Arif Budi Santoso mengatakan, bahwa seluruh uang cetakan baru dicetak oleh perusahaan asing diluar negri. Kepala BI kantor perwakilan DIY Arif Budi Santoso menegaskan, sesuai undang-undang Mata Uang no 7 tahun 2011, percetakan uang dilakukan di dalam negeri oleh BUMN dalam hal ini Peruri.

"Tidak benar itu kalau ada isu dicetak di luar negeri sama perusahaan asing. Kami nanti kena audit sama BPK" ,kata Arif di kantor BI Yogyakarta, Senin (9/1).

Sementara mengenai gambar palu arit milik PKI, di tempat yang sama, Deputi Kepala Bank Indonesia (BI) cabang DIY Hilman Tisnawan mengatakan, gambar yang menempel di sisi kiri uang kertas itu adalah huruf BI yang merupakan logo BI.

"Itu bukan gambar palu arit, tapi tulisan BI yang merupakan logo BI. Kalau diterawang baru keliatan logonya", ujarnya.

Ia menjelaskan, pada uang cetakan baru, logo BI nampak seperti sebuah gambar tak beraturan karena dibuat dengan teknik rectoverso yakni teknik saling isi dalam uang kertas dimana gambar didepan dan belakang saling melengkapi membentuk suatu gambar logo tertentu. Jika dilihat dari satu sisi saja, maka akan nampak gambar garis tak beraturan. Namun jika diterawang nampak jelas tulisan BI.

Menurutnya, rectoverso dipilih karena dianggap sebagai cara pengamanan yang paling aman. "Dengan dibentuk seperti itu, dari sisi depan dan belakang uang sulit dipalsukan", jelasnya.

Ia menegaskan, logo BI yang mirip dengan gambar palu arit sudah ada sejak lama. Sebelum uang pecahan baru diedarkan sudah ada gambar garis tak beraturan yang mirip dengan gambar di uang cetakan baru.

"Uang pecahan tahun 2001, 2014 juga ada yang mirip. Tapi mengapa masyarakat baru mempermasalahkanya sekarang? Padahal presidennya juga beda-beda", tandasnya. (mtr)