Follow : Like : RSS : Mobile :

Pia Terima Penghargaan Tertinggi Pemerintah Perancis

Foto | Istimewa | Detakjakarta.com

Jakarta-- Pia Alisjahbana menjadi orang Indonesia pertama yang menerima penghargaan Chevalier dans lOrdre de la Legion dHonneur, penghargaan tertinggi dari Presiden Perancis untuk seseorang yang telah membuktikan pengabdian tinggi kepada masyarakat.

Penghargaan ini pertama kali dianugerahkan oleh Napoleon Bonaparte pada 19 Mei 1802, kepada tokoh yang dinilai telah menunjukkan kualitas outstanding dalam melakukan pengabdian baik dalam kapasitas militer maupun sipil, dan sedikitnya telah dua puluh tahun melakukan pengabdian untuk publik.

Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh duta besar Prancis, Corinne Breuze, di kediamannya, Selasa (09/06).

"Hari ini kita merayakan kehebatan seorang tokoh yang menjalani peran luar biasa: mengubah cara wanita Indonesia dalam memandang diri mereka sendiri. Sesungguhnya pencapaian Ibu Pia Alisjahbana secara pribadi dan professional sangat mengesankan bagi kami. Ia merupakan salah satu tokoh yang berperan aktif dalam mengubah Indonesia sepanjang 70 tahun belakangan ini. Dan Ibu Pia Alisjahbana merupakan wanita inspirasional yang memberdayakan para wanita Indonesia", kata Corinne Breuze saat menyerahkan penghargaan.

Pia dikenal sebagai wanita yang selalu menginspirasi dengan berbagai ide dan inovasi dan memberi kontribusi penting bagi kemajuan wanita Indonesia. "Perjalanan karier saya sepertinya terbagi dalam dua bagian penting, yaitu pendidikan dan budaya, atau mungkin lebih tepatnya media. Kedua aktivititas ini selalu bersinggungan dan terfokus pada peran wanita, khususnya wanita muda Indonesia. Hal ini selalu menjadi perhatian saya sepanjang hidup saya", kata Pia saat menerima penghargaan.

Dalam bidang pendidikan, Pia adalah sosok penentu lahirnya AMINEF (American - Indonesian Exchange Foundation), satu program beasiswa bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar gratis di Amerika.

Pia juga dikenal aktif dalam dunia jurnalistik dengan mendirikan majalah GADIS pada tahun 1973. Setahun sebelumnya, majalah Femina lebih dulu muncul sebagai bacaan yang memahami aspirasi perempuan muda. Selanjutnya, ia pun memiliki peran penting dalam kemunculan majalah Dewi yang menginspirasi para perempuan bekerja Indonesia agar lebih berdaya dan bisa memberi kontribusi nyata bagi dirinya, keluarga, kaum perempuan dan bangsanya.

Perhatian Pia terhadap pusaka budaya ia wujudkan dengan keterlibatannya dalam pendirian organisasi Badan Pelestari Pusaka Indonesia. Dalam aktivitasnya, ia tak segan turun ke tepi anak sungai Progo dekat Candi Borobudur di malam gelap untuk melarung lampion-lampion, padahal usianya waktu itu 70 tahun. Ia juga turut berjalan kaki berkilo-kilo untuk menanam pohon di Kebun Raya Samosir di tengah Danau Toba. Kini dengan geliat para pelestari muda, usaha Pia tidak sia-sia.

Pia Alisjahbana lahir 26 Juli 1933 di Bondowoso sebagai anak kedua - 12 tahun sebelum Indonesia merdeka. Ayahnya, Soerjomihardjo, seorang Insinyur lulusan jurusan Teknik Sipil dari Belanda. Sementara sang ibu, Raden Adjeng Hisnat Djadjadiningrat, lulusan sekolah guru pendidikan Belanda. Selain Gadis dan Dewi, Pia juga memiliki peran penting dalam melahirkan Femina. Sejumlah program dan organisasi yang ia rintis dan memberi dampak luar biasa bagi Indonesia, antara lain Pemilihan Putri Remaja, Gadis Sampul, Lomba Perancang Mode, Yayasan AMINEF, Badan Pelestarian Pusaka Indonesia, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, Yayasan Kesenian Jakarta dan Yayasan Asih Budi. Saat ini Pia menduduki posisi Komisaris Femina Group. (Pur/dely)