Follow : Like : RSS : Mobile :

BKKBN Akan Luncurkan SDKI 2012

Foto | Istimewa | Detakjakarta.com

Jakarta-- Bertepatan dengan Peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia 2013, pada 25 September, pemerintah akan meluncurkan Laporan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, di Jakarta.

Peluncuran tersebut rencananya akan dihadiri oleh Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, juga Kepala BKKBN Fasli Jalal.

Menurut Plt Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Badan Kependudukan BKKBN, Wendy Hartanto, SDKI merupakan survei sosial kependudukan berkala yang mengumpulkan berbagai informasi mengenai kelahiran, kematian, prevalensi KB dan kesehatan khususnya reproduksi.

"SDKI telah diselenggarakan 7 kali mulai tahun 1987 hingga 2012. SDKI merupakan bagian dari program internasional. Survei serupa dilaksanakan di negara-negara Amerika Latin, Asia, Afrika dan Timur Tengah. SDKI 2012 merupakan angka representatif sampai tingkat provinsi", kata Wendy saat Media Briefing Peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia 2013, di Ruang Serbaguna Gedung BKKBN, Kamis (19/8).

Dalam laporan SDKI 2012, dalam 10 tahun terakhir ditemukan, tren Angka Kelahiran Total (TFR) Indonesia mulai 1991-2012 menunjukkan stagnansi.

"Tren angka kelahiran total (TFR) di Indonesia pada tahun 2013 masih stagnan pada 2.6 dari 1.000 kelahiraan per wanita. Hasil ini memang masing stagnan, dimana pada SDKI 2002, 2007 masih bertahan pada hasil 2.6. Kendati demikian, kami yakin bisa menekan kelahiran per wanita pada tahun ke depan. Melihat pada tahun 1997 ke 2002 kami bisa menekan dari 2.8 menjadi 2.6", papar Wendy.

TFR menurut provinsi tertinggi ada di Papua Barat, Sulawesi Barat, Papua, NTT, Sulawesi Tengah juga Maluku. Sementara DI Yogyakarta, Bengkulu, Bali, Jawa Timur, DKI Jakarta dan Jambi adalah yang terkecil.

Kondisi stagnasi, menurut Wendy terjadi karena masalah yang kompleks. Seperti rendahnya minat masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD dan sterilisasi. kendala transportasi di pedesaan, pelayanan kesehatan ibu-anak dan KB lewat bidan yang belum menyentuh desa-desa.

"Penggunaan kontrasepsi jangka pendek memiliki resiko kegagalan yang lebih besar daripada jangka panjang. Jika pemakai lupa, dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tak diinginkan. Ini adalah salah satu faktor penyebab angka kelahiran total tidak berubah sejak 2002", ujarnya.

Hasil lain survei menurut karakteristik latar belakang lanjut Wendy, menunjukkan bahwa mereka yang berpendidikan rendah ternyata lebih banyak memiliki anak dibanding mereka yang berpendidikan tinggi.

Untuk itu, lanjut Wendy, kedepan BKKBN akan focus pelayanan pada kelompok produktif dan kelompok tak mampu, dengan memberikan pelayanan kesehatan alat KB secara gratis agar bisa menekan kelahiran, termasuk kelahiran dengan risiko.

"BKKBN akan selalu memberikan pelayanan gratis untuk kebutuhan KB pada kelompok orang yang tak mampu. Mau yang pil, suntik, IUD, semua gratis. Hal itu karena kelompok miskin merupakan fokus dari BKKBN", jelas Wendy. (BUD/PUR)