Follow : Like : RSS : Mobile :

Ketum Gemira, "Indonesia Butuh Pemimpin Bermoral"

Foto | Istimewa | Detakjakarta.com

Jakarta-- Ketua Umum Gerakan Muslim Indonesia Raya (Gemira), Habib Mahdy Alatas meyakini, bahwa keterpurukan yang dialami bangsa Indonesia decade ini adalah akibat degradasi moral masyarakat, terutama para pemimpin bangsa.

"Keterpurukan negeri ini adalah karena degradasi moral para pemimpin. Pemimpin tidak mampu menempatkan tanggung jawabnya diatas kepentingan golongan dan pribadi. Banyak pemimpin bangsa ini kehilangan integritas, kapabilitas dan moralitas. Padahal arah bangsa ini ada di tangan/ keputusan yang ditetapkan seorang pemimpin. Ayo kita kembalikan. Ingatkan kembali, apa sih tugasnya pemimpin", kata Habib Mahdy kepada Radar dan Detakjakarta.com, di kediamannya, Jumat (30/8) malam.

Menurut Mahdy, akibat pemimpin yang tidak bermoral, tidak kompeten, maka kesejahteraan rakyat tak kunjung berangsur membaik meski Indonesia dikenal negeri yang kaya dengan sumber daya alamnya.

"Sangat ironis, ditengah kelimpahan kekayaan negeri ini, rakyat harus meregang nyawa berdesakan zakat 20 ribu, jumlah penerima bantuan langsung untuk rakyat miskin semakin tinggi, anak-anak kecil berkeliaran di jalan karena tak mampu sekolah, dan banyak realita social lainnya. Karenanya, sudah saatnya bangsa ini berani menuntut mundur para pemimpin yang tidak bermoral, tidak kompeten, yang tidak mampu mendahulukan tanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya", papar Mahdy.

Untuk itu, lanjut Mahdy, Gemira sebagai sayap partai Gerindra, akan tetap konsisten mengusung Ketum Gerindra Prabowo Subianto untuk maju memimpin bangsa Indonesia pada 2014 mendatang.

"Gemira melihat, sosok Prabowo memiliki keinginan kuat bahwa Indonesia harus lebih baik dari sekarang. Prabowo cukup idealis dan gentle. Dia berani mengakui kebaikan pihak lain, meski bukan kadernya. Contoh, Jokowi dan Ahok kemaren. Meski mereka dari partai lain, tapi potensi mereka kita akui, maka mereka yang kita ajukan untuk didukung. Adapun untuk pendamping Prabowo, kita tidak menutup diri untuk berkoalisi dengan siapapun. Cawapres itu banyak. Banyak yang sudah merapat. Namun kita tidak terburu-buru. Kita lihat hasil Pileg. Yang jelas kita punya enam program aksi yang bisa diterapkan oleh siapapun, karena isinya untuk kepentingan kemajuan bangsa", jelas cucu Sultan Banten ini.

Mahdy menuturkan, sebagai partai modern, Gerindra juga memiliki banyak sayap, salah satunya adalah Gemira, yang akan bersama-sama menopang tujuan dan cita-cita partai., termasuk mengusung Prabowo for RI-1.

"Sayap itu menjadi bagian yang paling strategis untuk pemenangan. Karenanya sayap itu harus dibentangkan, semakin dikibarkan, dimaksimalkan. Berdasar KTA tahun 2012, Gemira memiliki 800 ribuan anggota yang tersebar di 33 Provinsi. Demikian juga sayap lainnya, seperti Tidar, Satria, Wira, Kira dll yang juga dengan jumlah anggota yang besar. Karena itu kami optimis Gerindra akan mampu meraih minimal 20 persen suara pada Pemilu 2014. 20 persen itu terlalu optimis? Tidak, karena dalam survey yang dilakukan Gemira, kita dapat lebih dari 23 %. Elektabilitas Prabowo sangat tinggi", ungkapnya.

"Basis Gerindra saat ini ada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera dan Kalimantan. Di Jateng kita masih 50-50 dengan PDI-P. Di Kalimantan, meski itu dikenal basisnya PDI-P, tapi beberapa Bupati bisa kita ambil. Tentunya itu juga bisa menjadi tolok ukur", jelas Mahdy.

Namun demikian, tambah Mahdy, meski sebagai sayap partai politik, Gemira harus tetap dalam rel nya sebagai sayap Islam, menempatkan politik dalam kerangka dakwah. "Dakwah berpolitik. Memberikan kesejukan kepada siapapun. Memberikan yang terbaik bagi bangsa. Karena prinsipnya adalah Islam itu rahmatan alamin, maka harus toleran terhadap golongan apapun itu. Selama masih di NKRI mereka adalah saudara kita", pungkas. putera ulama besar (alm) Habib Ali bin Husein Alatas. (BUD/PUR)